Air, Darah dan Harta

Coba perhatikan lingkungan di sekitar anda. Adakah penyakit, entah itu penyakit kolera, disentri, Chikungunya, kaki gajah atau demam berdarah, mewabah di sana? Jika ya, hampir bisa dipastikan bahwa selokan-selokan di lingkungan itu, terganggu sirkulasi airnya. Selokan yang tergenang, akan mengganggu aliran air menuju muara. Akibatnya akan terjadi penumpukan aneka kotoran, yang tentu saja menjadi tempat yang paling nyaman bagi berbagai sumber penyakit untuk berkembang-biak. Ujung-ujungnya, lingkungan itu menjadi tidak nyaman bagi kehidupan manusia.

Sebaliknya, aliran air selokan yang lancar, akan menjadi indikasi bagi lingkungan yang sehat. Kotoran-kotoran yang berpotensi menjadi sarang penyakit, hanya sekedar lewat dan tidak sempat singgah. Berbagai hewan pembawa penyakit pun tidak akan betah tinggal di sana, apalagi untuk bisaberkembang-biak.

Penelitian dunia kesehatan yang paling mutakhir menunjukkan bahwa tingkat kesehatan manusia banyak tergantung pada kelancaran sirkulasi darah di dalam tubuh. Darah lah yang membawa oksigen nutrisi untuk didistribusikan ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya. Darah pula yang membawa berbagai zat antibodi untuk bagian-bagian tubuh yang mengalami infeksi. Darah pula yang membawa zat-zat sisa metabolisme di dalam tubuh, untuk kemudian dibuang melalui air seni, tinja maupun keringat.

Bayangkan apabila sirkulasi darah terhambat. Suplai oksigen dan zat nutrisi pun ikut terhambat. Zat antibodi terlambat datang ke organ yang membutuhkan. Sisa-sisa metabolisme tubuh terlambat pula diangkut ke tempat pembuangan sehingga terjadi penumpukan zat-zat yang seharusnya segera dibuang. Bergabunglah semuanya menjadi salah satu penyebab kematian manusia. Penyakit.

Bagaimana dengan harta?

Tidak ada perintah jadi orang miskin. Menjadi kaya adalah perintah dengan satu klausul. Setelah menjadi kaya, jadikan harta itu seperti air yang mengalir. Kita hanya boleh sekedar menikmatinya. Hanya harta yang mengalir, yang disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, akan membuat kehidupan seseorang tenteram.

Penimbunan harta, memiliki efek yang sama dengan darah yang alirannya terhambat atau air yang tergenang. Harta yang ditimbun, menimbulkan banyak efek yang merugikan. Kepemilikan banyak harta yang terus ditumpuk, menimbulkan sikap boros, sombong dan rasa takut yang berlebihan. Menumpuk-numpuk harta, juga berpotensi menimbulkan gangguan keamanan. Uang yang ditaruh di bawah kasur, rawan dicuri. Uang yang disimpan di bank, hampir pasti terkena pajak dan inflasi. Tanah atau rumah yang tidak dipagar, mungkin saja diserobot orang lain. Mobil yang tidak dijaga, bisa dicuri orang.

Sebaliknya, harta yang dialirkan ke orang-orang yang berhak, akan menjadikan hidup anda lebih tenteram. Tidak akan ada rasa takut dirampok. Tidak ada rasa takut tanah miliknya dikuasai orang lain. Itulah investasi untuk hari depan. Bukan masa tua, tetapi masa sesudah mati.

Jika anda memiliki dana satu juta rupiah, sebanyak sembilan ratus ribu anda belanjakan untuk isi perut anda, dan sisanya anda berikan untuk modal usaha satu orang miskin, maka ketahuilah!

Sembilan ratus ribu akan jadi isi septic tank di esok hari, dan seratus ribu akan menjadi tasbih yang akan tetap menghitung, sekalipun anda sudah meninggal. Seratus ribu itulah yang akan jadi pengawal anda di pengadilan Tuhan.

Sumber: zainalabidin.net

(Dimuat di majalah Khalifah, rubrik LHO, edisi 18, Januari 2010)

Mencintai Dengan Ikhlas

Saat kita mencintai seseorang tentu begitupula sebaliknya kita pasti ingin orang tersebut mencintai kita sebesar bahkan lebih dri besar cinta kita padanya. itulah sifat manusiawi yg dimiliki tiap insan. namun bisakah kita mencintai dengan ikhlas?? mencintai meski tidak memiliki… itulah yang sedang aku coba untuk mengerti saat ini

Kadang dalam hati kecilku bertanya apakah aku ini mencintainya dengan ikhlas?? mungkin iya karena aku tetap sayang meski dia melukai. aku tak bisa menyingkirkannya meski dia tak memilihku, asal dia ada untukku aku tdk perduli meski aku bukanlah “the one and the only”. tapi mungkin juga tidak karena hatiku terasa sakit saat dia mengabaikanku, perih waktu dia bersama yg lain. Aku tdk sanggup menahan tangis ketika aku sudah menunggunya sejak pagi dan terus menunggu hingga sore dan dia pergi meninggalkanku begitu saja.

Tapi aku belajar untuk mencintai dengan ikhlas. akan tetap mencintainya hingga suatu saat dia juga mengerti arti dari semua pengorbananku. seperti kata pepatah hargai saja apa yg kumiliki saat ini meski esok hari adalah misteri.

aku akan mencintaimu sebatas mampuku dan menyerahkan segenap hati dan hidupku hanya pada-Nya. karena aku yakin hanya pada-Nya selayaknya cinta sejati yang takkan melukai.

aku akan meminta cintaku pada-Nya karena tak ada yg tak mungkin bagi-Nya....

Profil Pribadi Muslim & Muslimah

Al-Qur’an dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT.

Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.

Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.

1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. 68:4).

4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)

5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS 2:219)

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS 39:9)

6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.

Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.

9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.

Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur’an dan sunnah. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

Arar city,6 Rajab 1430 H,10.30 pm

JILBAB GA WAJIB UNTUK MUSLIMAH!!!



PERHATIAN !!!!

Tulisan berikut ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang smart. Kalo kamu merasa ga smart sangat dianjurkan untuk tidak membacanya karena bisa menimbulkan peradangan syaraf dan sangat berbahaya.


Boleh percaya boleh tidak tapi itulah faktanya. Tidak ada kewajiban bagi wanita yang mengaku beragama Islam (populer disebut sebagai muslimah) untuk menutup auratnya (red- jilbab).
So...buat para perempuan yang memeluk Islam baik karena keluarga ataupun karena ikut-ikutan maupun yang merasa itu panggilan hati, kalian boleh kok untuk tidak memakai jilbab.
KAGET...??? SENANG...??? GAK PERCAYA...?!!
I’ll show u what u need to know gals ;)

“Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin: ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya* keseluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Ahzab, 33:59)

*jilbab dalam bahasa arab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka, dan dada.

See...U got that?! Ngerti gak seh........?!
Apakah kamu istri nabi? BUKAN
Apakah kamu anak perempuan nabi? BUKAN
Apakah kamu wanita mukmin? Wanita yang beriman pada yang enam; Allah, malaikat, nabi n rasul, kitab suci (Al-Qur’an), hari akhirat, qadha n qadar???
Apakah kamu termasuk orang-orang yang percaya kepada enam elemen rukun iman tersebut?
Well...silahkan jawab sendiri. Tanya hatimu apakah kamu wanita mukmin. Kalau jawabannya TIDAK maka kamu terbebas dari kewajiban berjilbab or menutup aurat.
Kamu bisa bebas berekspresi dalam hal berpakaian. Kamu juga bebas bereksperimen untuk menentukan jenis pakaian seperti apa yang kira-kira cocok buat menampilkan kepribadianmu. It’s ur right tuk make pakaian ala tarzan atau ala britney or sekalian aja ikutan tren berpakaian ala animalia alias tuelanjang boegil. Back to nature gals ;)

Hey gals...perintah untuk menutup aurat hanya wajib bagi wanita mukmin sama halnya dengan perintah puasa Ramadhan yang hanya berlaku bagi orang-orang mukmin, just for mukminin n mukminat not for muslimin n muslimat.
Wanita mukmin adalah orang yang percaya bahwa perintah itu berasal dari Allah, yang disampaikan oleh malaikat-Nya kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada hamba-hambaNya yang beriman melalui kitab suci-Nya dengan tujuan agar manusia dapat selamat dari musibah yang ada di dunia maupun dari musibah yang akan menimpanya pada hari kemudian (akhirat) karena disanalah segala sesuatunya akan dibalasi sesuai dengan qadha dan qadarNya.

Apakah kamu ber-Islam? Kamu boleh menjawab YA.. karena toh kamu sudah bersyahadat (bahkan setiap hari kalo kamu sholat :D) yang artinya kamu telah mengakui bahwa Tuhan semesta raya ini hanyalah Allah dan Muhammad itu adalah utusanNya. Kamu boleh mengaku Islam meskipun kamu tidak sholat (tapi ingat...sholat itu pembeda antara kafir dan muslim loh!), tidak puasa, tidak membayar zakat apalagi naik haji.
Tappiiiiii.... Apakah kamu beriman? Who knows...mene ketehe...

Sekarang logikanya begini loh gals...
Kalo kamu ber-Islam berarti seharusnya kamu beriman dan kalo kamu beriman seharusnya kamu percaya kalo perintah itu datang dari Allah. Dan kalo kamu emang percaya perintah itu berasal dariNya artinya secara sadar kamu yakin kalo menutup aurat itu wajib n kalo kamu yakin hal itu wajib maka seharusnya kamu sekarang telah, sedang dan akan selalu menutup aurat dengan benar. Satu hal yang harus kamu ingat...aurat bagi wanita adalah seluruh bagian tubuh kecuali yang wajah dan telapak tangan.

Sekarang mari kita jalan mundur...
Apakah kamu telah menutup aurat dengan benar? Kalo belum berarti kamu tidak yakin itu wajib, kalo begitu artinya kamu tidak percaya perintah itu datang dari Allah, n itu artinya kamu tidak percaya pada Allah, n itu artinya kamu tidak yakin kalo Allah itu Tuhan, n itu artinya kamu bukan orang beriman apalagi Islam n itu artinya kamu orang....

Excuse me??! WHO R U ???????????????????????????????

Yang jelas sih kayaknya bukan orang Islam deh...(n_n).
Piss fren...aku orangnya open minded loh so aqu sangat amat menghargai pertemanan antara ras, agama, wilayah dan umur yang berbeda.

Wanita Teladan

Wanita yang Aduannya didengar Allah dari Langit Ketujuh

Penyusun: Ummu Sufyan

Beliau adalah Khaulah binti Tsa’labah bin Ashram bin Fahar bin Tsa’labah Ghanam bin Auf. Suaminya adalah saudara dari Ubadah bin Shamit, yaitu Aus bin Shamit bin Qais. Aus bin Shamit bin Qais termasuk sahabat Rasulullah yang selalu mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam peperangan, termasuk perang Badar dan perang Uhud. Anak mereka bernama Rabi’.

Suatu hari, Khaulah binti Tsa’labah mendapati suaminya sedang menghadapi suatu masalah. Masalah tersebut kemudian memicu kemarahannya terhadap Khaulah, sehingga dari mulut Aus terucap perkataan, “Bagiku, engkau ini seperti punggung ibuku.” Kemudian Aus keluar dan duduk-duduk bersama orang-orang. Beberapa lama kemudian Aus masuk rumah dan ‘menginginkan’ Khaulah. Akan tetapi kesadaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak hingga jelas hukum Allah terhadap kejadian yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah islam (yaitu dhihaar). Khaulah berkata, “Tidak… jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau ucapkan terhadapku sampai Allah dan Rasul-Nya memutuskan hukum tentang peristiwa yang menimpa kita.”

Kemudian Khaulah keluar menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta fatwa dan berdialog tentang peristiwa tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan dengan urusanmu tersebut… aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.” Sesudah itu Khaulah senantiasa mengangkat kedua tangannya ke langit sedangkan di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan. Beliau berdo’a, “Ya Allah sesungguhnya aku mengadu tentang peristiwa yang menimpa diriku.” Tiada henti-hentinya wanita ini ini berdo’a hingga suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pingsan sebagaimana biasanya beliau pingsan tatkala menerima wahyu. Kemudian setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sadar, beliau bersabda, “Wahai Khaulah, sungguh Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an tentang dirimu dan suamimu.” kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat…..” sampai firman Allah: “Dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih.” (QS. Al-Mujadalah:1-4)

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan kepada Khaulah tentang kafarah dhihaar, yaitu memerdekakan budak, jika tidak mampu memerdekakan budak maka berpuasa dua bulan berturut-turut atau jika masih tidak mampu berpuasa maka memberi makan sebanyak enam puluh orang miskin.

Inilah wanita mukminah yang dididik oleh islam, wanita yang telah menghentikan khalifah Umar bin Khaththab saat berjalan untuk memberikan wejangan dan nasehat kepadanya. Dalam sebuah riwayat, Umar berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak menyudahi nasehatnya kepadaku hingga malam hari maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika telah datang waktu shalat maka saya akan mengerjakan shalat kemudian kembali untuk mendengarkannya hingga selesai keperluannya.”

Alangkah bagusnya akhlaq Khaulah, beliau berdiri di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdialog untuk meminta fatwa, adapun istighatsah dan mengadu tidak ditujukan melainkan hanya kepada Allah Ta’ala. Beliau berdo’a tak henti-hentinya dengan penuh harap, penuh dengan kesedihan dan kesusahan serta penyesalan yang mendalam. Sehingga do’anya didengar Allah dari langit ketujuh.

Allah berfirman yang artinya, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdo’a) kepada–Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya, “Sesungguhnya Rabb kalian Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi itu Maha Malu lagi Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya jika hamba-Nya mengangkat kedua tangannya kepada-Nya untuk mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hikmah

Tidak setiap do’a langsung dikabulkan oleh Allah. Ada faktor-faktor yang menyebabkan do’a dikabulkan serta adab-adab dalam berdo’a, diantaranya:

  1. Ikhlash karena Allah semata adalah syarat yang paling utama dan pertama, sebagaimana firman Allah yang artinya, “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mu’min: 14)
  2. Mengawali do’a dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, diikuti dengan bacaan shalawat atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan diakhiri dengan shalawat lalu tahmid.
  3. Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do’a serta yakin akan dikabulkan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Khaulah binti Tsa’labah radhiyallahu ‘anha.
  4. Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a, tidak terburu-buru serta khusyu’ dalam berdo’a.
  5. Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah semata.
  6. Serta hal-hal lain yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selain hal-hal di atas, agar do’a kita terkabul maka hendaknya kita perhatikan waktu, keadaan, dan tempat ketika kita berdo’a. Disyari’atkan untuk berdo’a pada waktu, keadaan dan tempat yang mustajab untuk berdo’a. Ketiga hal tersebut merupakan faktor yang penting bagi terkabulnya do’a. Diantara waktu-waktu yang mustajab tersebut adalah:

  1. Malam Lailatul qadar.
  2. Pertengahan malam terakhir, ketika tinggal sepertiga malam yang akhir.
  3. Akhir setiap shalat wajib sebelum salam.
  4. Waktu di antara adzan dan iqomah.
  5. Pada saat turun hujan.
  6. Serta waktu, keadaan, dan tempat lainnya yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semoga Allah memberikan kita taufiq agar kita semakin bersemangat dan memperbanyak do’a kepada Allah atas segala hajat dan masalah kita. Saudariku, jangan sekali pun kita berdo’a kepada selain-Nya karena tiada Dzat yang berhak untuk diibadahi selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan janganlah kita berputus asa ketika do’a kita belum dikabulkan oleh Allah. Wallahu Ta’ala a’lam.