Air, Darah dan Harta

Coba perhatikan lingkungan di sekitar anda. Adakah penyakit, entah itu penyakit kolera, disentri, Chikungunya, kaki gajah atau demam berdarah, mewabah di sana? Jika ya, hampir bisa dipastikan bahwa selokan-selokan di lingkungan itu, terganggu sirkulasi airnya. Selokan yang tergenang, akan mengganggu aliran air menuju muara. Akibatnya akan terjadi penumpukan aneka kotoran, yang tentu saja menjadi tempat yang paling nyaman bagi berbagai sumber penyakit untuk berkembang-biak. Ujung-ujungnya, lingkungan itu menjadi tidak nyaman bagi kehidupan manusia.

Sebaliknya, aliran air selokan yang lancar, akan menjadi indikasi bagi lingkungan yang sehat. Kotoran-kotoran yang berpotensi menjadi sarang penyakit, hanya sekedar lewat dan tidak sempat singgah. Berbagai hewan pembawa penyakit pun tidak akan betah tinggal di sana, apalagi untuk bisaberkembang-biak.

Penelitian dunia kesehatan yang paling mutakhir menunjukkan bahwa tingkat kesehatan manusia banyak tergantung pada kelancaran sirkulasi darah di dalam tubuh. Darah lah yang membawa oksigen nutrisi untuk didistribusikan ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya. Darah pula yang membawa berbagai zat antibodi untuk bagian-bagian tubuh yang mengalami infeksi. Darah pula yang membawa zat-zat sisa metabolisme di dalam tubuh, untuk kemudian dibuang melalui air seni, tinja maupun keringat.

Bayangkan apabila sirkulasi darah terhambat. Suplai oksigen dan zat nutrisi pun ikut terhambat. Zat antibodi terlambat datang ke organ yang membutuhkan. Sisa-sisa metabolisme tubuh terlambat pula diangkut ke tempat pembuangan sehingga terjadi penumpukan zat-zat yang seharusnya segera dibuang. Bergabunglah semuanya menjadi salah satu penyebab kematian manusia. Penyakit.

Bagaimana dengan harta?

Tidak ada perintah jadi orang miskin. Menjadi kaya adalah perintah dengan satu klausul. Setelah menjadi kaya, jadikan harta itu seperti air yang mengalir. Kita hanya boleh sekedar menikmatinya. Hanya harta yang mengalir, yang disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, akan membuat kehidupan seseorang tenteram.

Penimbunan harta, memiliki efek yang sama dengan darah yang alirannya terhambat atau air yang tergenang. Harta yang ditimbun, menimbulkan banyak efek yang merugikan. Kepemilikan banyak harta yang terus ditumpuk, menimbulkan sikap boros, sombong dan rasa takut yang berlebihan. Menumpuk-numpuk harta, juga berpotensi menimbulkan gangguan keamanan. Uang yang ditaruh di bawah kasur, rawan dicuri. Uang yang disimpan di bank, hampir pasti terkena pajak dan inflasi. Tanah atau rumah yang tidak dipagar, mungkin saja diserobot orang lain. Mobil yang tidak dijaga, bisa dicuri orang.

Sebaliknya, harta yang dialirkan ke orang-orang yang berhak, akan menjadikan hidup anda lebih tenteram. Tidak akan ada rasa takut dirampok. Tidak ada rasa takut tanah miliknya dikuasai orang lain. Itulah investasi untuk hari depan. Bukan masa tua, tetapi masa sesudah mati.

Jika anda memiliki dana satu juta rupiah, sebanyak sembilan ratus ribu anda belanjakan untuk isi perut anda, dan sisanya anda berikan untuk modal usaha satu orang miskin, maka ketahuilah!

Sembilan ratus ribu akan jadi isi septic tank di esok hari, dan seratus ribu akan menjadi tasbih yang akan tetap menghitung, sekalipun anda sudah meninggal. Seratus ribu itulah yang akan jadi pengawal anda di pengadilan Tuhan.

Sumber: zainalabidin.net

(Dimuat di majalah Khalifah, rubrik LHO, edisi 18, Januari 2010)